CEO Coinbase Brian Armstrong telah memperingatkan bahwa pembukaan kembali GENIUS Act akan melewati "garis merah". Dia menuduh bank melobi Kongres untuk memblokir imbalan stablecoin dan membatasi kompetisi. GENIUS Act melarang penerbit stablecoin membayar bunga secara langsung tetapi mengizinkan platform tersebut untuk menawarkan beberapa imbalan. Armstrong telah mengecam bank karena menggunakan tekanan politik untuk menghambat inovasi.
Pembatasan yang diberlakukan oleh GENIUS Act pada imbalan stablecoin telah memicu perdebatan. Beberapa orang berpendapat bahwa pembatasan ini membatasi inovasi. Dan juga mengurangi pilihan konsumen. Max Avery dari Digital Ascension Group mengatakan bahwa amandemen yang diusulkan akan membatasi imbalan secara luas, juga memutus mekanisme pembagian hasil tidak langsung. Langkah ini dipandang sebagai upaya bank untuk melindungi kepentingan mereka.
Baca Juga: Coinbase dan Gemini Diblokir di Filipina di Tengah Penindakan Exchange yang Lebih Luas
Platform stablecoin menawarkan pengguna kesempatan untuk mendapatkan imbal hasil dan mengancam model perbankan tradisional. Avery berpendapat bahwa bank saat ini memperoleh 4% dari cadangan di Federal Reserve. Sementara itu, konsumen mendapatkan bunga hampir nol pada tabungan mereka.
Masa depan GENIUS Act tidak pasti. Para pembuat undang-undang mengusulkan amandemen, sementara Coinbase menolak keras amandemen tersebut. AS juga mempertimbangkan keringanan pajak untuk pembayaran stablecoin, yang akan membebaskan transaksi kecil dari pajak capital gains.
Baca Juga: BlackRock Memindahkan Bitcoin $182 Juta, Ethereum $91 Juta ke Coinbase Prime
Pembuat undang-undang AS telah mengusulkan keringanan pajak untuk pembayaran stablecoin, yang juga bertujuan mengurangi beban pajak pada pengguna kripto. Proposal tersebut menargetkan masalah perpajakan seputar staking dan mining, memungkinkan wajib pajak untuk menunda pengakuan pendapatan atas imbalan.
Baca Juga: Laporan Coinbase Memproyeksikan Pasar Stablecoin Mendekati $1,2 Triliun pada 2028


